Dari 30 Obat Sehari Kini Bebas Obat: Perjalanan Annabel Atasi GERD Saat Covid

Dari 30 Obat Sehari Kini Bebas Obat Perjalanan Annabel Atasi GERD Saat Covid
Cerita Annabel Perjalanan Annabel Atasi GERD Saat Covid

Testimoni – Annabelle

Problem: GERD

Bagi Annabel, masa pandemi Covid bukan sekadar sakit beberapa hari lalu sembuh. Di usianya yang masih belasan tahun, ia harus menghadapi gejala Covid Delta yang berat. Lebih sulit lagi, obat yang seharusnya membantu justru menimbulkan masalah baru bagi tubuhnya yang sedang lemah. Dari situlah, perjalanan Annabel menjaga kesehatan lambungnya dimulai.

Obat Terlalu Banyak, GERD Makin Parah

Halo, aku Annabel. Aku masih ingat jelas waktu pertama kali kena Covid tahun 2021. Malam-malam tiba-tiba kepalaku pusing, tenggorokan terasa terbakar, dan aku nggak bisa tidur semalaman. Besoknya hasil swab antigen keluar: positif.

Sejak itu hidupku berubah. Aku cuma bisa makan 3 suap sekali makan, tapi harus minum obat sampai 30 tablet sehari. Bayangin aja, tubuh yang nyaris nggak dapat asupan makanan malah dimasukin puluhan obat. Rasanya benar-benar bikin drop.

Baca Juga: Jangan Minum Obat GERD Kalau Mau Sembuh Total

Yang paling menakutkan adalah saat GERD-ku kambuh parah. Jantung berdebar kencang, dada nyeri seperti ditusuk, mual tapi nggak bisa muntah. Itu semua datang tengah malam ketika semua orang di rumah sudah tidur. Aku cuma bisa pelan-pelan bangun, jalan sendiri, minum air hangat, dan berharap gejalanya reda. Itu momen yang bikin aku benar-benar trauma, karena aku belum pernah merasakan hal seburuk itu sebelumnya.

Lambung Jadi Lebih Sensitif

Sebenarnya aku udah kenal GERD sejak SMP. Dulu kambuhnya jarang, paling kalau aku telat makan atau kebanyakan pedas. Tapi setelah Covid, rasanya lambungku jauh lebih sensitif. Bahkan hal kecil seperti skip makan sebentar bisa bikin perutku nggak nyaman.

Sejak itu aku jadi jauh lebih waspada. Ada rasa takut setiap kali perut mulai nggak enak, khawatir GERD bakal kambuh lagi. Kadang aku masih coba minum obat lambung dari dokter, tapi aku tahu nggak mungkin terus-terusan bergantung pada obat. Aku butuh cara lain supaya bisa hidup lebih normal.

Pertama Kali Kenal Hotto

Awalnya aku tahu Hotto dari Instagram. Jujur, aku sempat skeptis. Masa iya minuman biji-bijian bisa enak? Tapi orangtuaku, yang tahu kondisiku, akhirnya beliin Hotto Purto supaya aku coba. Dari situlah perkenalanku dengan Hotto dimulai.

Pertama kali minum, aku kaget karena rasanya enak banget, nutty, ringan, dan clean. Sejak itu aku mulai rutin konsumsi. Biasanya aku minum Hotto pas sarapan, sering aku barengin sama telur rebus biar lebih kenyang. Kalau lagi buru-buru sekolah, aku tinggal bawa shaker dan minum di kelas. Praktis banget.

Nggak cuma itu, Hotto juga jadi penyelamat kalau sore atau malam aku tiba-tiba lapar. Daripada jajan yang aneh-aneh atau bikin mie instan, aku lebih pilih minum Hotto. Rasanya bikin tenang karena aku tahu perutku tetap aman.

Lebih Tenang, GERD Jarang Kambuh

Setelah rutin konsumsi Hotto selama setahun, perubahan besar aku rasakan. GERD-ku jauh lebih jarang kambuh, bahkan aku udah nggak lagi bergantung pada obat. Tidur juga jadi lebih nyenyak karena nggak ada lagi gangguan nyeri dada atau jantung berdebar tengah malam.

Lebih Tenang, GERD Jarang Kambuh

Yang paling bikin lega, aku merasa bisa kembali punya kontrol atas tubuhku sendiri. Kalau dulu aku sering was-was setiap kali telat makan, sekarang aku lebih tenang. Hotto jadi solusi praktis sekaligus proteksi buat lambungku.

Bersyukur Bisa Hidup Lebih Sehat

Aku bersyukur banget bisa menemukan Hotto. Rasanya kayak dapat teman baru yang selalu ada buat jaga kesehatan lambungku. Kalau dulu aku sering trauma dengan serangan GERD, sekarang aku bisa jalani hari lebih ringan tanpa takut kambuh. Buat aku, Hotto itu lebih dari sekadar minuman. Dia bantu aku jaga pola makan, penuhi nutrisi, dan bikin hidup terasa lebih seimbang. Tiga kata yang paling pas buat menggambarkan Hotto adalah: Healthy, Fulfilling, and Nutritious.

You might also like...